Solitude, Menemukan Kekuatan Dalam Kesendirian
Ditulis oleh : Fatihatun Puti Sabrina
Dr. Richard Carlson, seorang penulis sekaligus psychotherapist menjelaskan bagaimana waktu dengan diri sendiri memberikan impact yang penting dalam hidup seseorang. Dalam kondisi sibuk sekalipun, beliau selalu menyempatkan 10-15 menit paginya seorang diri. Dalam buku saya, the art of self-renewal, saya pernah menulis perihal bagaimana kesendirian mengajarkan manusia banyak hal. Kesendirian membantu kita memahami siapa diri kita yang sebenarnya.
Memandang Kesendirian Dari Persepsi Yang Lebih Positif
Satu hal yang menjadi momok menakutkan dari kesendirian adalah munculnya rasa kesepian. Deep down, semua orang memiliki rasa takut untuk berakhir seorang diri, khususnya pada state di mana kita terpisah baik secara emotional ataupun physical dengan orang di sekitar kita.
Faktanya, Anda bisa saja dikelilingi oleh banyak orang namun merasa kesepian. Di sisi lain Anda bisa saja seorang diri namun hidup Anda terasa lengkap, Anda tidak merasa terbebani dengan kesendirian Anda.
Rasa sepi yang paling menyedihkan adalah ketika kita merasa kesepian sekalipun berada di tengah keramaian, ini menjadi indikasi bahwa terdapat fragmentasi yang kita buat dengan orang di sekitar kita--yang bila digali lebih dalam, merupakan fragmen yang kita buat dengan diri kita sendiri, (bagian dari diri kita yang belum kita rangkul secara utuh). Hal ini membuat kita merasa bahwa ada sesuatu yang hilang, sesuatu yang menunggu untuk kita temukan.
Sebagai contoh, ketika kita merasa kesepian di tengah keramaian, maka kita merasa bila kita tidak bisa terhubung dengan orang di sekitar kita, Tidak peduli seberapa banyak orang yang berbicara dengan kita, ini hanya seperti sebuah distraksi, it will never make you feel complete, because the first connection you have to built is the connection within yourself.
Selain itu, kita harus menerima bahwa tidak semua orang yang datang ke hidup kita akan terus tinggal. Adanya pemahaman bahwa setiap orang dapat berubah, akan memudahkan kita untuk menerima bahwa ada orang yang harus kita lepas, dan ada orang yang akan bertahan di sisi kita. Bahkan ketika saya mengatakan beberapa orang merupakan my soul tribe, bukan berarti mereka akan ada di hidup saya selamanya. Bila kita sudah tidak berjalan pada visi dan misi yang sama, maka lebih baik bila kita melangkah pada jalan yang berbeda.
Ketika kita memahami setiap pertemuan merupakan pelajaran, kita akan mengerti bahwa ada saatnya kita bertemu dengan orang lain, belajar satu sama lain, dan bila pelajaran tersebut sudah dipenuhi, maka pertemuan telah berakhir. Lalu kita akan bertemu orang lain, dan siklus yang sama akan terulang kembali. People change, and that's okay.
Menemukan Kekuatan Dalam Kesendirian
Self esteem dan kepercayaan diri saya terbentuk ketika saya menyadari bahwa, satu-satunya orang yang bertanggung jawab dan paling capable dalam menangani masalah saya adalah diri saya sendiri. Dulu, saya cenderung membuat limitasi mengenai apa yang bisa, dan tidak bisa saya lakukan. Saya meyakini bahwa ketika seseorang mengatakan tindakan tersebut sulit, maka hal tersebut memang sulit. Saya berpikir bahwa hanya orang-orang yang saya anggap berkompeten, yang dapat menyelesaikan semua masalah yang saya hadapi saya, dan hal tersebut jelas keliru.
Hal yang selama ini menjadi ketakutan terbesar saya, semua hal yang saya rasa mustahil untuk saya gapai, ternyata berhasil saya lalui, dan semua tidak seburuk apa yang saya bayangkan.
Terkadang kita hanya perlu memberikan kepercayaan lebih besar untuk diri kita sendiri. Kita sering kali baru menyadari seberapa besar kekuatan yang kita milikki disaat kita tidak memiliki siapapun untuk bergantung. Ini juga yang menyebabkan keinginan untuk selalu merasa aman bisa menjadi boomerang terbesar yang menahan kita untuk berkembang.
Personal Traits, Kesendirian Sebagai Pilihan.
Bila diawal kesendirian saya merasa kosong dan kesepian, kini saya merasa dari kesendirian saya bisa terhubung dengan diri saya. Being present. Kesendirian adalah waktu dan tempat terbaik untuk ketenangan jiwa saya. Khususnya bagi saya yang sensitive, waktu untuk diri sendiri merupakan self care yang bisa saya lakukan.
Kecenderungan untuk menarik diri dan menghabiskan waktu saya seorang diri selalu menjadi hal yang saya lakukan ketika saya menghadapi banyak masalah. Saya mengerti, ini merupakan kebiasaan yang saya bawa sejak kecil. Setiap saya merasa overwheelming, insecure, atau mengalami banyak problem dalam hidup, saya memilih untuk tidak menemui siapapun, tidak juga dengan meminta bantuan. Yang pertama, ada kecenderungan dari saya untuk mengatasi masalah saya sendiri, dan yang kedua saya tidak bisa mempercayai semua orang--sayangnya kadang situasi menyebabkan saya kesulitan terhubung dengan orang-orang yang saya percayai.
Saya tidak tahu dapat mengatakan hal ini sebagai traits buruk atau tidak. Disatu sisi, ini mengajarkan saya kemandirian, juga membangun kebiasaan untuk tidak lari kepada siapapun sebelum bercerita kepada Tuhan, namun di sisi lain--terutama ketika emotional state saya sangat buruk, saya seperti membuat hidup saya sendiri berada di dalam neraka. Mengerti kapan waktu yang tepat untuk bercerita dan meminta pertolongan adalah hal yang sedang saya pelajari sekarang.
Untuk Anda Yang Merasa Selalu Sendiri Dalam Menghadapi Kesulitan.
Dulu, kesendirian hadir bukan seperti pilihan, saya menghabiskan banyak waktu untuk berpikir mengapa orang datang dan pergi dalam hidup saya, mengapa setiap ada proses pembenahan dan masa sulit dalam hidup saya, takdir seolah menempatkan saya seorang diri. Bukan karena semua orang di sekitar saya tidak baik dan pergi (beberapa ya, mereka meninggalkan saya), namun sering kali, orang terdekat yang saya percaya tak bisa berada di samping saya karena beberapa kondisi.
Awalnya, kondisi ini membuat saya merasa seperti victim, saya marah kepada hidup. Saya berusaha melakukan apapun yang saya bisa untuk orang di sekitar saya, namun ketika saya butuh bantuan, mengapa semua orang seolah ditarik menjauh dari hidup saya? Ketika saya terpuruk, kemana saya harus berlari? No matter how strong you are as a person, at the end of the day, you do need someone to rely on, someone who can comfort you
Saya mencoba bercerita pada salah satu orang yang saya percayai, mungkin menjadi satu-satunya orang yang mengetahui banyak hal dalam hidup saya. Saya berkeluh kesah--khususnya mengenai semua pattern yang terjadi di hidup saya, ketakutan terbesar saya, juga pertanyaan mengenai "mengapa ketika saya dalam kondisi sulit, semua orang yang ingin saya temui seolah ditarik menjauh dari hidup saya?".
Dalam kondisi emosional yang kacau dan persepsi yang sempit, saya seperti berpikir bahwa Tuhan terlalu jahat karena tidak membeirkan satu orangpun di sisi saya saat saya tengah terpuruk, dan akhirnya saya belajar hal lain, bahwa semua terjadi karena Tuhan yakin bahwa Anda mampu, Anda mampu menghadapi semuanya, dan Tuhan ingin kita berkeluh kesah kepada-Nya, sebelum berkeluh kesah kepada makhluk lain.
"And just as the Phoenix rose from the ashes, she too will rise. Returning from the flames, clothed in nothing but her strength, more beautiful than ever before."
- Shannen Heartz.
Tanpa berniat menggurui, saya tidak memaksa Anda untuk selalu kuat dan mengatasi masalah Anda sendiri, namun berkeluh kesah kepada Tuhan sebelum menyampaikannya ke orang lain patut kita lakukan mulai dari sekarang. Dan bila Anda merasa kewalahan menghadapi masalah Anda seorang diri, pahami limitasi Anda, dan minta bantuan pada orang-orang yang bisa Anda percayai.
Yang Perlu Kita Pahami Dari Kesendirian
Menyadari seberapa besar kekuatan diri, memberikan rasa percaya pada diri sendiri, sekaligus membangun relasi terkuat yang menjadi dasar dari semua koneksi yang hadir dalam hidup kita merupakan semua hal yang saya pelajari dalam kesendirian.
Entah Anda lebih senang untuk menghabiskan waktu dengan diri sendiri, atau Anda seseorang yang lebih suka menyendiri, Anda harus menyadari pada state mana dan emosi apa yang kita rasakan dalam kesendirian, Anda bisa mengahabiskan waktu dengan banyak orang, membangun koneksi dengan orang lain, namun pastikan bahwa hubungan Anda dengan diri sendiri--yang merupakan fondasi dasar dari semua koneksi dalam hidup kita--sudah Anda bangun dengan baik.
Jika Anda seseorang yang sensitif seperti saya, Anda bisa memanfaatkan 'me time' sebagai self care untuk diri Anda. 10 hingga 15 menit yang Anda habiskan seorang diri bisa membantu Anda untuk lebih aware dengan apa yang Anda rasakan.
And if you are feeling lonely, or empty inside of you, recognize that it is a sign from yourself to find a missing piece from your soul, to collect all the fragments you have lost. To make you feel complete, and this is the meaning of oneness.
Sekian yang bisa saya sampaikan dalam postingan kali ini, terima kasih telah mampir membaca
Salam Hangat,
Fatihatun Puti Sabrina